Selamat datang di Yayasan Umat Mandiri Al Ashri (UMA)

IMPLEMENTASI TAUHID DALAM KEHIDUPAN PRIBADI



PENDAHULUAN

Bertauhid adalah kebutuhan hidup. Manusialah yang butuh untuk bertauhid. Bertauhid adalah rumus hidup bahagia yang sesungguhnya. Manfaat tauhid bukan hanya di akhirat, ketika manusia telah mati. Tapi sejak manusia masih hidup sudah memberikan manfaat yang besar. Bahkan merupakan kunci utama kebahagiaan hidup.

Kebahagiaan sejati. Bukan kebahagiaan palsu. Kebahagiaan yang stabil sehingga manusia mampu menghadapi berbagai macam kondisi dan ujian kehidupan. Tauhid laksana jurus jitu untuk menghadapi berbagai musuh dan marabahaya kehidupan. Manusia bukan saja penting untuk bertauhid, tapi harus.

MANUSIA DAN PROBLEMATIKANYA

Kehidupan itu seperti misteri. Kanan kiri penuh dengan jebakan rahasia. Sepanjang sejarah manusia mencoba untuk mengatasi kehidupan. Manusia coba amati alam semesta.

Melalui pengamatan itulah didapatkan rumus-rumus untuk menghadapi kehidupan yang disebut dengan teori ilmiah. Melalui teori ini manusia tau rumus menghadapi hidup. Rumus agar dapat hidup dengan sukses.

Teori-teori ini pun kemudian melahirkan berbagai tekonologi dan fasilitas lain yang memudahkan kehidupan. Dengan ditemukannya pesawat telepon, handphone dan sejenisnya manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain di belahan dunia. Tanpa jarak dan waktu.

Dulu yang bisa terbang hanya burung dan sejenisnya. Tapi dengan dengan ditemukannya pesawat kini manusia pun bisa terbang.

Dulu yang bisa jalan di atas air hanyalah ikan-ikan dan sejenisnya. Kini dengan ditemukannya kapal laut manusia dapat pula menjelajahi lautan, mengambang di atas air.

Dulu kalau mau mengurus berbagai keperluan harus keluar rumah. Tapi kini setelah hadirnya internet hampir semua hal dapat dilakukan dari rumah. Bahkan dari genggaman tangan.

Semua fasilitas itu diciptakan manusia untuk mencapai kebahagiaan.

Dewasa ini tampaknya perkembangan teknologi sudah mencapai kematangan. Sudah mencapai puncak. Generasi manusia pun juga katanya sudah sampai pada deretan terakhir abjad, yaitu generasi “Z”. Generasi yang begitu lahir langsung bersentuhan dengan teknologi.

Pertanyaannya adalah, apakah dengan berbagai temuan yang luar biasa itu sekarang tak ada lagi orang yang menderita? Apakah tak ada lagi orang yang bersedih? Apakah seluruh masalah hidup telah terselesaikan?

Apakah cita-cita mewujudkan kebahagiaan manusia telah tercapai dengan sempurna? Katakanlah untuk orang yang dari sisi keduniaan dia sudah mencapai semuanya, apakah bisa dijamin ia bahagia 100%?

Apakah dalam dirinya sudah tak ada lagi rasa sedih, khawatir, takut dan perasaan lain yang acapkali mencuri kebahagian hidup?

Ternyata penderitaan, kesedihan, kekhawatiran, ketakutan, dan ancaman-ancaman lain yang menghantui kehidupan manusia tetap ada. Hari ini pun kita dapat melihat faktanya. Penderitaan dan kesedihan bahkan bukan hanya milik orang-orang yang secara duniawi tidak berpunya. Tapi merata. Mereka yang berpunya pun mengalaminya.

Harta dunia ternyata tidak cukup untuk menjamin kebagiaan hidup yang hakiki. Tak jarang malah harta membawa bencana. Orang-orang kota yang kaya raya malah mengalami kegersangan hidup.

Hidup dikepung oleh kesibukan mencari harta yang menyiksa. Harta punya, tapi hampir tak pernah menikmatinya. Acapkali ia termangu duduk menatap masa lalu, kehidupannya di kampung yang sederhana dan bersahaja penuh kebahagiaan.

Teori-teori ilmu pengetahuan yang dewasa ini sudah sampai pada tahap puncakl ternyata juga membawaserta dampak negatifnya. Ternyata masih banyak misteri kehidupan dan probelmatikanya yang tak dapat diselesaikan dengan harta dan teori-teori ilmu pengetahuan. Bencana dan kematian misalnya. Keduanya bisa datang kapan saja dan menimbulkan kesedihan dan kepedihan hidup.

Kematian termasuk yang paling dahsyat. Kedatangannya yang tiba-tiba dan tak bisa dihalangi membuat dapat menghadirkan kekhawatiran mendalam dan menghilangkan seluruh kebahagiaan hidup. Rasulullah SAW bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani).



Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia. Betapapun banyaknya teori ilmiah, hingga hari ini tak satupun yang bisa menghindarkan dari kematian. Manusia bisa mati kapan saja dengan sebab yang tak bisa diduga-duga pula yang kemudian merenggut semua kebahagiaan dunia yang sedang ia nikmati.

Di sinilah kita mesti sadar bahwa manusia itu terbatas. Ia tak bisa mengatasi segalanya. Masih banyak rahasia hidup yang tak terpecahkan teorinya.

Ujian dan problematika hidup tak pernah ada hentinya dari masa ke masa. Dari zaman tradisional sampai zaman teknologi modern. Hidup adalah universitas. Semesta ini adalah kampus kehidupan. Hari demi hari kita selalu mendapatkan pelajaran dan berbagai tugas serta ujian untuk diselesaikan.

Di sinilah manusia butuh satu resep utama yang mampu menghadapi berbagai macam situasi kehidupan. Sebuah resep yang dapat membuat kehidupan kita stabil. Sebuah resep yang dapat mendatangkan hakikat kebahagian.

Manusia butuh resep pamungkas untuk mengatasi berbagai problematika dan keresahan hidup yang tak mampu ia hadapi hanya dengan harta dan teori-teori ilmu pengetahuan yang ia temukan.

Lantas apa resep itu? Apa teori pamungkas itu? Kepada siapa kita menanyakan hal ini?

Saudaraku, diri kita dan semesta alam ini ada yang membuatnya. Dialah yang mengetahui segala resep dan teori tentang apa dan bagaimana menghadapi kehidupan ini. Dialah yang menciptakan kita. Karena itulah dia lebih tau tentang diri kita ketimbang kita sendiri.

Siapa Dia yang Maha Hebat itu? Dia telah memperkenalkan diri dengan nama Allah, sebagaimana dalam firmanNya:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha [2]: 14).

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ

“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.” (QS. Ali ‘Imran:109).

Kembalikan semua pada Allah. Jadikan Allah sebagai penuntun hidup kita, tujuan dan fokus hidup kita.

Inilah resep pamungkas sekaligus resep inti untuk menjalani hidup dengan baik dalam rangka menggapai kebahagiaan hakiki. Inilah resep yang dapat membuat hidup kita stabil meski diguncang dengan berbagai problematika hidup.

Resep inilah yang disebut dengan “tauhid”. Dengan bertauhid keadaan hidup kita yang rumit menjadi sederhana. Tauhid menjernihkan dan memandu langkah kita sehingga tujuan-tujuan hidup yang tidak berguna dengan sendirinya terseleksi dan terpinggirkan. 


URGENSI TAUHID SEBAGAI FONDASI PRIBADI

Saya ulangi lagi “bertauhid itu penting”. Nah, sekarang akan saya lanjutkan lagi apa sesungguhnya manfaat tauhid itu agar kita menyadari bahwa tauhid memang benar-benar penting dan ada manfaat besar jika kita bertauhid.

Apa jaminan-jaminan Allah atas orang yang bertauhid. Mana pernyataan-pernyataan Allah yang menjelaskan bahwa tauhid memang resep menghadapi hidup yang paling jitu?

Kenapa manusia sepanjang sejarah dengan berbagai upayanya ternyata tetap diombang ambingkan oleh problematika hidup? Seakan misteri kehidupan tak ada ujungnya. Layaknya orang haus meminum air lautan. Semakin direguknya, semakin kering itu kerongkongan.

Jawabnya adalah: sebab yang manusia cita-citakan dan dapatkan sesungguhnya kebahagiaan semu. Dia menyangka bahwa kalau dapat menyelesaikan semua problematikan di sekilingnya maka hidup ini menjadi tenang, menjadi bahagia.

Padahal sesungguhnya yang jadi masalah utama bukanlah yang di luar dirinya. Tapi apa yang ada dalam dirinya sendiri. Yang jadi masalah bukan lingkungannya. Tapi jiwanya sendiri. Karena itulah mestinya dari sinilah titik berangkatnya.

Caranya bagaimana? Caranya adalah dengan memperbaiki jiwa kita. Nah, formula inti untuk memperbaiki jiwa kita adalah dengan cara menempatkan Allah dalam jiwa kita yang disebut dengan bertauhid. Tauhid seperti formula anti virus yang akan mengusir segala benih penyakit yang ada dalam jiwa kita.

Di bagian awal saya sudah jelaskan secara ringkas apa inti tauhid. Mudahnya tauhid adalah kita senantiasa mengingat Allah, menyerahkan diri pada Allah, percaya kepada Allah, menuruti resep dan aturan-aturan Allah. Allah memberikan banyak jaminan kebaikan dan solusi hidup bagi orang-orang yang bertauhid, sebagaimana dalam firmanNya:

1. Allah menjamin pertolongan bagi hambaNya yang beriman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7).

2. Allah menjamin akan mengabulkan permohonan orang-orang yang beriman.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186).

3. Allah akan memberikan jalan keluar dan mencukupi kebutuhannya

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).

Akhirnya kita sampai pada ayat yang menjelaskan bahwa dengan meningat Allah akan membuat hati kita tenteram. Karena hati yang tenteram ini tentunya kita lebih tenang dalam menghadapi berbagai macam ujian dan problematika hidup. Ketenteraman inilah kemudian yang menghantarkan kita pada kebahagiaan.

Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).

Jika kita dekat dengan Allah, jika Allah bersemayama dalam jiwa kita, maka kita mendapat kekuatan utama yang sangat dahsyat dalam menghadapi kehidupan. Jika kita telah dekat dengan Allah, maka sirnalah segala ketakutan dan kekhawatiran yang menjadi induk utama kesedihan dan kerumitan hidup. Maka kini yang tinggal adalah kebahagiaan.

Allah SWT berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64


Artinya: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. Yunus: 62-64).

CIRI- CIRI PRIBADI BERTAUHID

Orang yang baik tauhidnya disebut dengan orang yang bertakwa (muttaqin), orang mukmin sejati (mu’minun haqqa), dan muhsinun. Ciri-cirinya adalah:

الم (١) ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤

“Alif laammim. Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezqi yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka beriman kepada kitab (al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”(QS. Al-Baqarah: 1-4).

Ciri-ciri seorang muttaqin sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas adalah:

1. Beriman pada al ghaib.

2. Mendirikan shalat.

3. Menginfakkan sebagian rizki yang ia dapat.

4. Beriman pada al Quran dan kitab-kitab sebelum al-Quran.

Hal-hal di atas adalah ciri permulaan. Selanjutnya Allah memerinci lagi lebih detail dalam firmanNya:


إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ٤

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. al Anfal: 2-4).

Ciri orang beriman yang sungguh-sungguh sesuai ayat di atas adalah:

1. Bila disebut nama Allah gemetarlah.

2. Apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka.

3. Senantiasa tawakkal kepada Allah.

4. Mendirikan shalat.

5. Menafkahkan sebagian dari rezeki.

Ayat selanjutnya:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ ١٣٥

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135).

Dalam ayat ini dijelaskan lebih lanjut tentang ciri orang yang tauhidnya baik, yaitu:

1. Senantiasa berinfak dalam kondisi lapang maupun sempit.

2. Mampu menahan amarah.

3. Pemaaf kepada orang lain.

4. Jika berbuat salah segera meminta maaf.


LANGKAH MEMBENTUK PRIBADI BERTAUHID

Untuk menjadi pribadi yang bertauhid tentu saja dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Namun ini terlalu luas, terlalu abstrak barangkali. Kita butuh langkah-langkah konkrit sebagaimana pada judul tulisan ini. Langkah demi langkah yang aplikatif dan dapat menghantarkan kita menjadi hamba yang benar-benar beriman, bertauhid, bertakwa.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, mencari pemahaman (tafahum) dan mengevaluasi diri (muhasabah). Tafahum adalah berusaha memahami apa makna dan pentingnya bertauhid, apa guna dari ajaran-ajaran agama, apa faedahnya dalam hidup, termasuk tentang kehidupan di akhirat nanti. Muhasabah adalah evaluasi diri, siapa kita, dari mana, untuk apa kita hidup, mengevaluasi usia kita, amal kebaikan kita, dosa-dosa kita dan seterusnya. Merenunglah untuk menghayati semua ini. Jika sulit dilakukan sendiri, pergilah kepada orang lain, orang yang Anda anggap bisa jadi teladan dan dapat membimbing Anda. Semua ini dilakukan agar kita mendapatkan pemahaman dan penghayatan yang kemudian melahirka kesadaran.

Kedua, niat yang kuat. Kuatnya niat ini sebenarnya dipengaruhi oleh lengkah pertama tadi. Jadi karena faham, menghayati, dan sadar, maka timbullah niat yang kuat untuk memperbaiki diri.

Kedua langkah ini merupakan langkah permulaan. Selanjutnya masuk pada proses latihan yang harus dijalani, masuk pada langkah ketiga.

Ketiga, lakukan amal ibadah pokok yang terdiri dari: (1) shalat, (2) puasa, (3) zakat. Mulai dari yang wajib. Shalat lima waktu, puasa Ramadhan, kemudian zakat. Setelah itu tingkatkan dengan ibadah sunah: shalat sunah meliputi: shalat sunah rawatib, shalat malam (tahajud), puasa (secara berurutan tingkatannya adalah: puasa Nabi Daud [sehari puasa sehari tidak], puasa Senin-Kamis, puasa Ayaamul biidh [13, 14, 15 kalender Hijriyah).

Ada syarat penting agar semuanya benar-benar merasuk ke dalam jiwa kita, yaitu: lakukan secara istiqamah dan dengan penuh penjiwaan/penghayatan. Namun demikian di awal-awal barangkali kita paksakan. Tidak mengapa. Yang penting kontinyu/istiqamah, nanti lama kelamaan akan juga tumbuh keikhlasan, tumbuh penjiwaan.

Keempat, biasakan berkata yang baik-baik/positif. Hindari perkataan buruk, jorok, mencela orang, dan seterusnya. Perbuatan ini akan mengotori jiwa kita. Membuat tauhid tidak bisa merasuk ke dalam diri kita.

0 Komentar