Selamat datang di Yayasan Umat Mandiri Al Ashri (UMA)

KEYAKINAN DASAR SAM'IYYAT

 


Pengantar

Manusia adalah seorang musafir yang sedang menempuh perjalanan. Kehidupan di dunia pada hakikatnya hanyalah tempat singgah sementara. Pada waktunya, ia akan pergi melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman. Kampung itu bernama “negeri akhirat”. Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Artinya: Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].” Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari).


Dalam hadis yang lain beliau bersabda:

مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Artinya: Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)


Menempuh perjalanan ke akhirat bukanlah hal yang mudah. Anda pasti tahu atau minimal mendengar bahwa ada manusia yang pernah melakukan perjalan ke luar angkasa, kan? Untuk mengunjungi tempat ini tentu membutuhkan peralatan-peralatan canggih dan berbagai persiapan yang luar biasa. Padahal “luar angkasa” itu masih dalam satu area alam yang disebut dengan alam dunia. Bagaimana jika dengan perjalanan ke area lain yang di luar dunia? Tentu membutuhkan persiapan-persiapan yang super canggih lagi, kan? Sekarang begini, apakah Anda berani melakukan perjalanan luar angkasa? Saya yakin tidak semua orang berani. Hanya mereka yang betul-betul menguasai ilmunya dan punya keberanian saja yang berani melakukan aksi dahsyat ini. Nah, kalau untuk pergi ke luar angkasa saja tidak berani, bagaimana untuk pergi ke alam akhirat?


Jadi banyak yang tidak berani? Iya, tentu saja. Sayangnya perjalanan ke alam akhirat ini bukan pilihan dan bukan soal keberanian. Semua manusia akan dan harus melakukan perjalanan ini, siap mau pun tidak, berani mapun tidak. Jadi sekarang tinggal pilih, mau berangkat ke sana dengan persiapan yang matang atau dipaksa berangkat? Anda bisa bayangkan apa akibatnya orang yang pergi ke luar angkasa tanpa persiapan? Bisa dipastikan di akan celaka. Kalau ke luar angkasa saja demikian, bagaimana dengan orang yang pergi kea lam akhirat tanpa persiapan?


Nah, untuk itu sekarang tak ada pilihan lain. Kita harus mempersiapkan keberangkatan kita ke alam akhirat. Ini adalah the amazing and dangerous traveling yang harus dipersiapkan dengan sangat matang. Sebelum kita berangkat, tentu saja kita harus mengenal bagaimana kondisi alam akhirat itu, bagaimana keadaan di perjalanan, dan bekal dan peralatan apa saja yang harus kita siapkan.


Empat Alam Manusia

Manusia dalam perjalanan hidupnya melalui 4 (empat) alam. Keempat alam ini mempunyai fungsi dan tujuannya masing-masing. Dalam setiap fase alam ini, manusia hidup dan beradaptasi sesuai dengan alam tersebut. Keempat ala mini adalah:


Alam Kandungan

Alam kandungan adalah alam pertama yang disinggahi manusia. Alam kandungan adalah alam pembentukkan manusia. Dalam alam inilah Allah mempertemukan antara jasad/fisik dan ruh manusia. Namun pada hakikatnya, wujud hakiki manusia adalah ruh. Jasad adalah sekedar sarana/fasilitas bagi manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan alam selanjutnya (alam dunia). Sebab pada saat ia meninggalkan alam dunia, jasad ini akan ditinggal, dan manusia akan melanjutkan perjalannnya hanya dengan diri hakikinya, yaitu ruh. Proses pembentukkan manusia dalam alam kandungan ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW:


عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim].


Alam Dunia

Selanjutnya manusia memasuki alam kedua yang disebut dengan alam dunia. Alam kedua ini adalah amal, tempat bekerja, dan tempat untuk mencari bekal dan menyiapkan diri menuju alam selanjutnya. Sebagaimana dijelaskan di atas, manusia terdiri dari jasad dan ruh. Jasad adalah sarana digunakan ruh dalam menjalankan aktifitasnya di dunia. Musnahnya jasad akan membuat ruh tak bisa tinggal di dunia dan membuatnya memasuki alam ketiga. Karena itulah di alam dunia ini manusia mempunyai tiga tugas utama. Pertama, menjaga jasadnya, merawat dan mempertahankannya sehingga ia punya kesempatan waktu yang cukup untuk mengumpulkan bekal yang disyaratkan untuk memasuki alam ketiga. Menurut Nabi, manusia yang paling baik adalah mereka yang panjang umurnya dan baik amalnya.


عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim).


Dari Abdullah bin Busr RA, bahwa ada seorang Arab Badui berkata kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau Kedua, menyiapkan bekal untuk perjalanan ke alam ketiga, yakni dengan menjaga kesehatan ruh dan mensucikannya agar ia dapat memasuki alam ketiga dengan selamat. Bagaimana cara menjaga kesehatan ruh ini? Caranya adalah dengan melakukan kebaikan kepada sesama dan melakukan ritual ibadah. Kedua hal ini adalah sarana utama untuk menyiapkan keberangkatan manusia (ruh-nya) menuju alam selanjutnya.




وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى ۡ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِي الْاَلْبَابِ ١٩٧؁

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah : 197).


Alam Kubur

Selanjutnya manusia memasuki alam ketiga yang disebut dengan alam kubur atau alam barzakh. Syarat utama untuk memasuki alam ini adalah dengan cara meninggalkan jasad. Manusia dalam alam ini sudah kembali lagi ke asal hakikinya, yaitu ruh. Alam barzakh adalah alam tunggu atau tempat transit menuju alam keempat (alam terakhir). Alam kubur juga disebut sebagai alam balasan. Dalam alam ini manusia tak lagi bisa beramal dan mengumpulkan bekal. Ia tinggal menerima akibat/balasan dari apa yang ia kerjakan dan ia kumpulkan di dunia. Sedikit kita ulang lagi bahwa bekal utamanya adalah berbuat baik dan melakukan ritual ibadah. Orang yang tidak menjalankan kedua hal ini dengan baik berarti ia tidak menyiapkan bekal ke alam ketiga ini dengan baik dan di alam ini mereka mulai merasakan akibatnya.


Alam Akhirat

Terakhir manusia akan memasuki alam keempat yang disebut dengan alam akhirat. Inilah alam pemberhentian terakhir perjalanan manusia. Dengan kata lain, alam akhirat adalah kampung halaman manusia yang sesungguhnya. Inilah masa depan yang sesunggnya bagi manusia. Manusia yang cukup bekal, menyiapkan kehidupan masa depannya (kehidupan akhirat) dengan baik maka ia akan menikmati kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Mereka berada di sebuah kampung indah nan mempesona yang disebut dengan surga. Sebaliknya, mereka yang tidak menyiapkan kehidupan di akhirat ini dengan baik maka ia akan hidup susah dan menderita. Mereka ditempatkan di dalam jurang api yang disebut dengan neraka.


Makna Kematian

Kematian adalah terminal pemberangkatan manusia menuju alam akhirat. Jika diibaratkan mau naik pesawat, kematian adalah bandara. Di bandara inilah orang yang bersangkutan berkemas-kemas untuk naik pesawat. Kematian adalah porses chek in di bandara. Masing-masing penumpang telah membeli tiket penerbangan sesuai dengan amalnya masing-masing. Nah, pada saat chek in ini, petugas akan memeriksa semua bawaan yang dibawa penumpang. Mereka hanya diperkenankan membawa amal-amalnya di dunia. Semua benda yang bersifat materi harus ditinggal, termasuk jasad/fisik orang yang bersangkutan.


Kapan orang berangkat menuju alam akhirat melalui gerbang kematian ini? Secara medis adalah ketika manusia telah kehilangan fungsi-fungsi vital organ tubuhnya. Tapi pada hakikatnya, kematian seseorang telah ditentukan Allah, merupakan rahasia Allah. Jika saatnya telah tiba, seorang petugas bernama Malaikat Izra’il pun datang menjemput orang tersebut, siap atau pun tidak. Sebagaimana firman Allah SWT:


وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَاۗءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْـتَاْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ 34؀

Dan setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (QS. al-A’raf [7]: 34).


اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَـيَّدَةٍ

Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”(QS. an-Nisa [4]: 78).


Hanya ruh. Yah, hanya ruh yang dijemput oleh Malaikat Juru Pati ini. Jasadnya ditinggalkan di dunia. Inilah yang dinamakan kematian, yaitu berpisahnya ruh dengan jasad. Alam akhirat tak membutuhkan jasad lagi. Di sana manusia akan hidup dengan rumus-rumus kehidupan yang berbeda. Dengan demikian kematian bukanlah akhir dari sejarah manusia. Tapi sebuah fase baru untuk memasuki kehidupan selanjutnya.


Kawan, kematian sungguh merupakan peristiwa yang sangat mendebarkan dan mengerikan bagi setiap orang. Betapa tidak? Ini adalah pengalaman pertama bagi setiap orang. Dan… perjalanan ini akan dijalani seorang diri. Ini adalah kepergian meninggalkan alam dunia untuk selamanya, meninggalkan sanak saudara dan seluruh kenangannya di dunia.


Orang Kafir dan Mukmin

Orang-orang kafir akan menghadapi kematian dengan kepedihan yang sangat menyiksa, sebagaimana diilustrasikan dalam firman-Nya:


وَلَوْ تَرٰٓي اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۗىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْ ۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۭ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَي اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ 93؀

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat mumukul dengan tangannya, (Sambil berkata): “Keluarkan nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya”. (QS. al-An’am [6[: 93].


Mereka kaget dan menyesali perbuatannya. Mereka menangis dan minta dikembalikan lagi ke dunia. Allah SWT berfirman:




حَتّيٰٓ اِذَا جَاۗءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ 99۝لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّا ۭ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۗىِٕلُهَا ۭ وَمِنْ وَّرَاۗىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ ١٠٠؁ۙ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (QS. Al-Mukminun [23]: 99-100).


Sedangkan orang-orang mukmin akan menghadapi kematian dengan tenang. Ia sudah menyadari akan kedatangannya dan telah menyiapkan bekal untuk menyongsongnya. Ibnu Katsir mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata “janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan”. Inilah yang diilustrasikan dalam firman-Nya:


اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْـتَقَامُوْا تَـتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۗىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ 30؀

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):” Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Fushshilat [41]: 30].


Alam Kubur

Setelah manusia melewati pintu kematian, maka ia masuk ke alam yang ketiga, alam kubur. Inilah alam ghaib pertama yang ia singgahi. Alam kubur adalah ruang tunggu penumpang yang akan berangkat menuju alam akhirat. Proses apa saja yang dijalani manusia di ruang tunggu ini?


Pertama, mereka akan didatangi oleh dua orang malaikat: Munkar dan Nakir. Kedua malaikat ini akan menguji manusia tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Tapi jangan salah, pertanyaan ini adalah kata kunci yang sangat menentukkan perjalanan selanjutnya.



Apa pertanyaan penting ini? Kedua malaikat itu akan bertanya, “Siapa Tuhanmu?”, selanjutnya bertanya lagi,”Apa yang kau ketahui tentang orang yang bernama Muhammad?”. Berkenaan dengan hal ini, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari 1369, Muslim 7398).


Kedua, manusia akan mendapatkan nikmat kubur atau azab kubur. Jadi bagi manusia yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik, maka manusia tersebut akan mendapat fasilitas yang baik di ruang tunggu ini yang disebut dengan nikmat kubur. Sebaliknya, jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan ini, maka ia akan kehausan, kelaparan, dan kepedihan yang disebut dengan siksa kubur. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jika seseorang telah diletakkan di dalam kuburannya dan ditinggalkan oleh teman-temannya, maka ia mendengar bunyi sandal mereka, maka saat itu ia didatangi oleh dua malaikat yang kemudian mendudukkannya dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang ini (maksudnya Nabi Muhammad SAW)?” Seorang mukmin akan menjawab: “Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan utusan Allah.” Lalu malaikat itu berkata kepadanya: “Lihatlah, tempatmu di neraka sana sudah diganti oleh Allah dengan tempat di surga, kemudian ia melihat kedua tempat itu. Adapun orang munafik dan kafir, ketika ditanya: “Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?” ia menjawab: “Saya tidak tahu. Saya hanya mengatakan apa kata orang saja.” Lalu dukatakan kepadanya: “Kamu tidak tahu dan tidak pernah membaca namanya?” Lalu ia dipukul dengan palu besi hingga menjerit kesakitan, yang jeritannya itu didengar oleh makhluk disekitanya, kecuali oleh manusia dan jin.” (Muttafaqun ‘alaih)


Ketiga, ruh manusia masih mendapat manfaat dari beberapa amal utama yang ia lakukan di dunia sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi: “Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara: [1] sedekah jariyah, [2] ilmu yang diambil manfaatnya, [3] anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” Dalam sabdanya yang lain: Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)



Kebangkitan Dari Alam Kubur

Silih waktu berganti hari, maka saat-saat datangnya hari keberangkatan ke alam akhirat semakin dekat. Hari itu dinamakan “hari kiamat (yaum al-qiyamah)” atau “hari kebangkitan (yaum al-ba’ts).” Pada detik yang ditentukan, Malaikat Isrofil meniup sirene tanda datangnya hari kiamat (QS. Yasin [36]: 51). Waktu tepat datangnya hari yang amat mengerikan ini memang hanya Allah yang mengetahuinya. Namun demikian, menurut Nabi Muhammad SAW ada tanda-tanda yang menunjukkan saat dekatnya hari kiamat. Baca perlahan dan perhatikan sabda Rasulullah berikut:


Dari Aisyah RA. Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga seorang anak menjadi sebab kemarahan (bagi ibu bapanya) hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas), akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik, anak-anak menjadi berani melawan ibu bapa serta orang yang jahat berani melawan orang-orang baik.” (HR. Thabrani).


Dari Abu Hurairah RA, katanya Rasulullah SAW bersabda: “Hari kiamat tidak akan berlaku sehingga harta benda melimpah ruah dan timbul banyak fitnah (ujian, kesesatan, kekufuran, kegilaan, penderitaan, mushibah) serta selalu berlaku “al-Harj”. Sahabat bertanya, “Apakah al-Harj itu wahai Rasulullah?”. Nabi SAW menjawab: “Peperangan, peperangan, peperangan. Baginda mengulanginya tiga kali”. (HR. Ibnu Majah)


Dari Anas bin Malik RA. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan berlaku kiamat sehingga waktu terasa pendek, maka setahun dirasakan seperti sebulan, sebulan dirasakan seperti seminggu, seminggu dirasakan seperti sehari, sehari dirasakan seperti satu jam serta satu jam dirasakan seperti satu kilatan api. ” (sebentar sahaja, hanya seperti kilatan api sekejap). (HR. Tirmizi).


Dari Ibnu Umar RA. ia berkata: Rasulullah SAW mendatangi kami (pada suatu hari) kemudian beliau bersabda,’ “Wahai kaum Muhajirin, lima perkara kalau kamu telah diuji dengannya (kalau kamu telah mengerjakannya), maka tidak ada kebaikan lagi bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allah SWT., semoga kamu tidak menemui zaman tersebut. Perkara-perkara tersebut ialah: (1) Tidak nampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani berterus terang melakukannya, melainkan akan berjangkit di kalangan mereka wabah penyakit menular (tha ‘un) dengan cepat dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pemah menimpa umat-umat yang telah lalu. (2) Dan tiada mereka mengurangkan sukatan/ukuran dan timbangan, kecuali mereka akan diuji dengan kemarau panjang dan kesulitan mencari rezeki dan kezaliman dari kalangan pemimpin mereka. (3) Dan tidak menahan mereka akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dari langit. Jikalau tidak ada binatang (yang juga hidup di atas permukaan bumi ini) sudah tentu mereka tidak akan diberi hujan oleh Allah SWT. (4) Dan tiada mereka menyalahi akan janji Allah dan RasulNya, kecuali Allah akan menurunkan ke atas mereka musuh yang akan merampas sebahagian dari apa yang ada di tangan mereka. (5) Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah yang terkandung dalam Al-Quran dan tidak mahu menjadikannya sebagai pilihan, maka (di waktu itu) Allah akan menjadikan bencana di kalangan mereka sendiri. “ (HR. Ibnu Majah)


Dari Huzaifah bin Asid Al-Ghifari RA. Dia berkata: “Datang kepada kami Rasulullah SAW dan kami waktu itu sedang bertukar pikiran. Lalu Baginda bersabda: “Apa yang kamu bicarakan?” Kami menjawab: “Kami sedang berbicara tentang hari kiamat.” Lalu Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya. “Kemudian Baginda menyebutkannya: ” Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Mariam A.S., Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab, yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia ke Padang Mahsyar mereka.” (HR. Muslim)


Rasulullah SAW telah bersabda: “Akan muncul di akhir zaman nanti, suatu kaum yang terdiri dari orang-orang muda yang masih mentah pikirannya (cetek faham agamanya). Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah (firman Allah dan hadits Rasul), tetapi iman mereka masih lemah. Pada hakikatnya mereka telah keluar dari agamanya seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Di mana saja kamu dapat menemuinya, maka hapuskanlah mereka itu, siapa yang dapat menghapus mereka, kelak akan mendapat pahala di hari kiamat.“ (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Ali bin Thalib r.a. berkata bahawa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kelak akan muncul di antara umatku suatu kaum yang membaca Al-Quran bukan seperti lazimnya kamu membaca, dan sembahyangmu jauh berbeda dengan cara mereka bersembahyang. Mereka membaca Al-Quran dengan mengira bahawa Al-Quran itu sebagai alat propaganda mereka, padahal Al-Quran itu berisi peringatan yang harus mereka junjung. Bacaan mereka itu tidak melebihi kerongkongnya (tidak sampai meresap ke dalam hati). Mereka itu sebenarnya keluar dari Islam, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.” (Riwayat Muslim)


Rasulullah SAW bersabda: “Di antara tanda-tanda dekatnya Hari Kiamat adalah laki-laki menyerupai wanita dan wanita menyerupai laki-laki.” (Riwayat Abu Nu’aim).


Dari Abu Dzar RA berkata, bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila zaman (Kiamat) semakin hampir dekat, mendidik anjing lebih baik daripada mendidik anak, tidak ada rasa hormat kepada yang lebih tua, dan tidak ada rasa kasih sayang kepada yang lebih kecil, anak-anak zina semakin ramai, sehingga laki-laki menyantap perempuan di jalanan, mereka tidak ubahnya seperti kambing yang berhati serigala.” (Riwayat Thabrani dan Hakim)


Dari Aisyah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan berlaku hari qiamat sehingga anak seseorang menjadi puncak kemarahan (bagi ibu bapaknya) dan hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas) dan akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik dan anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan orang yang jahat berani melawan orang-orang baik.” (Riwayat Thabrani).


Inilah saat yang ditunggu-tunggu. Detik yang mencekam dan sangat menegangkan dimana semua manusia akan diberangkatkan ke alam terakhir, alam akhirat. Pada fase ini manusia dibangkitan dari alam kubur. Kepastian akan datangnya saat dibangunkannya manusia dari alam kubur ditegaskan Allah dalam al-Qur’an: “Demi Robb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. at-Taghabun [64]: 7). “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat. (QS. al Mu’minun [23]: 15-16].


Perjalanan pun segera dimulai. Secara serentak, semua manusia bergerak menuju tempat baru, sebuah hamparan luas yang disebut dengan padang mahsar. Masing-masing manusia berangkat sesuai dengan bekal yang mereka bawa, sesuai dengan amal mereka, sesuai dengan tiket keberangkatan yang mereka telah tebus harganya di dunia. Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (HR. Tirmidzi).


Hadis ini menggambarkan betapa perjalanan menuju ke padang mahsar ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan, padat, dan bising dengan teriakan dan jerit tangis memilukan. Ada yang terjatuh, terinjak, dan terluka berdarah-darah. Kawan, jika engkau termasuk orang yang buruk amalnya, pasti kau akan mengalami nasib buruk semacam ini. Dan percayalah, jutaan, bahkan miliaran orang yang ada di sekilingmu, bahkan ayah, ibu, atau saudaramu tak akan ada yang peduli dengan nasibmu. Sama sekali tak ada. Masing-masing sibuk memikirkan nasibnya sendiri.


Padang Mahsyar

Setelah melewati perjalan yang amat berat dan melelahkan (orang-orang yang buruk amalnya) ini, maka sampailah seluruh umat manusia di tempat yang disebut Padang Mahsar. Tempat itu semacam lapangan yang sangat luas berwarna putih. Rasulullah bersabda: “Umat manusia akan digiring pada hari kiamat ke (mahsyar). Sebuah medan yang luas. Tanahnya berwarna putih seperti bundaran roti yang bersih.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Sebelum kadatangan umat manusia ini, Padang Mahsyar adalah tempat yang sangat sepi, lengang, dan belum seorang pun menjamahnya. Tapi kini telah berubah menjadi tempat yang hiruk-pikuk dan panas. Sangaaat… panas. Bukan hanya karena sesaknya tempat itu oleh miliaran manusia dengan berbagai macam problematika yang mereka bawa. Tapi pada hari itu matahari bersinar membakar di atas ubun-ubun mereka. Matahari ditempatkan begitu dekat di atas mereka.


Nabi Muhammad SAW bersabda: “Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi SAW bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (HR. Muslim).


Demikianlah kondisi Padang Mahsyar yang sangat mengerikan. Di tempat inilah semua manusia akan diadili amal perbuatannya. Di tempat inilah semua manusia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia. Inilah pengadilan terakhir yang keputusannya berlaku mutlak dan menentukan nasib manusia untuk selama-lamanya. Sekali lagi, selama-lamanya.


Perhitungan dan Penimbangan Amal

Selanjutnya, satu persatu manusia diadili oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS al Ghasyiyah / 88 : 25-26). Masing-masing orang telah menerima catatan amal perbuatannya di dunia. Inilah data-data akurat yang akan dimajukan di sidang pengadilan. Mari kita perhatikan orang-orang ini. Jika mereka menerima catatan amal dengan tangan kiri, berarti mereka banyak dosa dan termasuk orang yang celaka. Orang-orang ini menangis meraung-raung meratapi nasibnya. Mereka telah menyadari kesalahan mereka sebelum dimajukan ke pengadilan.


Allah SWT telah menjelaskan hal ini dalam al-Quran: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.(QS. al-Insyiqaq [84]: 7-8). Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. al-Insyiqaq [ 84]: 10-12).


Secara umum, semua manusia akan ditanya mengenai tiga hal: pertama tentang umurnya, untuk apa dihabiskan. Kedua, tentang jasadnya, untuk apa digunakan. Ketiga, hartanya, darimana didapat dan untuk apa dibelanjakan. Keempat, tentang ilmunya, apa yang bisa dilakukan. Dari pertanyaan umum ini kemudian diteruskan ke masalah-masalah lain secara mendetail. Semua catatan amal dikoreksi dengan detail, ditanya satu persatu. Tak ada yang bisa yang bisa mengelak, apalagi membohongi Allah. Sebab seluruh anggota tubuh mereka akan diberi kemampuan oleh Allah untuk berbicara langsung sejujur-jujurnya. Allah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur’an: “Pada hari ini kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Yasin [36]: 65).


Surga dan Neraka

Kini sampailah perjalanan kita pada tempat kediaman terakhir seluruh umat manusia. Inilah sejarah akhir dari manusia. Inilah masa depan yang sesungguhnya bagi umat manusia. Tempat ini bernama surga dan neraka. Pertama-tama mari kita kunjungi surga terlebih dahulu. Coba saksikan betapa menakjubkannya tempat ini. Siapakah kiranya yang tinggal di negeri yang mewah nan indah ini? Inilah tempat orang-orang yang beriman. Inilah buah tabungan dan hasil investasi yang ditanam hamba-hamba mukmin selama di dunia. Inilah saat klaim asuransi kebahagian manusia cair dan dibayar Tuhan. Maka berbahagialah orang-orang beriman yang telah menyiapkan masa depannya dengan baik. Inilah janji Allah dalam al-Quran: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah [98]: 6-8).


Inilah sebuah negeri dengan panorama terindah dan fasilitas serba canggih yang memanjakan para penduduknya. Di tempat ini tak ada lagi yang namanya kesedihan dan penderitaan. Allah mengilustrasikan hal ini dalam firman-Nya: “Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (QS. Fathir: 34-35). Rumah mewah penduduk surga ditata dengan arsitektur terhebat, dengan pesona alam yang sangat mengagumkan.


Coba perhatikan firman Allah berikut: “Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al-Kahfi [18]: 30-31). Selanjutnya Allah berfirman: “Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula).” (QS. Ar-Ra’d [13]: 35).


Sekarang mari kita lihat neraka. Inilah tempat kembali bagi orang-orang yang mengingkari Allah (kafir). Tempat ini secara umum berupa lautan api. Bukan api dunia sebagaimana yang kita kenal. Tapi api yang panasnya berlipat-lipat dan di dalamnya dilengkapi dengan berbagai alat penyiksa. Perhatikan firman Allah berikut: “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela’nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At-Taubah [9]: 68]. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 6-8).


Berbeda dengan surge yang tenang dan penuh kedamaian. Di neraka ini sangat ramai, bising dan hiruk-pikuk. Mereka berteriak-teriak minta tolong, mengaduh dan menjerit kesakitan. Banyak juga diantara mereka yang menjerit-jerit memohon kepada Allah: “Wahai Tuhan kami, (kembalikanlah kami ke dunia dan) berilah waktu kepada kami barang sejanak saja, supaya kami menyahut seruanMu, dan supaya kami menurut agama yang disampaikan oleh rasul-rasul itu”. Kemudian terdengar jawaban dari sisi Allah: “Tidakkah kamu telah diberikan waktu (di dunia saat itu) untuk berbuat demikian dan bukankah kamu (dahulu di dunia) telah bersumpah, bahwa kamu tak akan merasakan siksa semacam ini? (QS. Ibrahim [14]: 44). Kemudian mereka dipukul dengan besi-besi panas. Mereka berteriak dan menjerit kesakitan. Mereka berlari sekuat tenaga mencari jalan keluar dari neraka. Namun setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”. (QS. Al-Hajj [22] 21-22).


Kawanku, betapa mengerikan dan dahsyatnya siksa neraka ini. Mari kita menyingkir sejenak agar kita tidak hangus oleh hawa panas neraka ini. Mari kita lanjutkan pembahasan kita. Berbeda dengan surga yang semua penduduknya kekal di dalamnya. Di neraka, sebagian penduduknya tidak selamanya tinggal di sana. Lantas siapa yang kekal dan siapa yang tidak kekal ini? Pada pembahasan terdahulu, saat kita membahas tauhid kita telah memahami bahwa tauhid atau mengakui dan mengesakan adanya Allah adalah inti ajaran Islam. Sebaliknya, mengingkari Allah (kafir) dan menyekutukannya adalah dosa terbesar di sisi Allah. Nah, dosa inilah yang membuat manusia kekal di neraka. Dengan kata lain, orang yang kekal di neraka adalah orang kafir dan orang musyrik. Inilah orang-orang yang durhaka (zalim) kepada Allah. Ketika mereka masuk neraka, maka kekal di dalamnya, tak ada lagi yang akan menolongnya. Mengenai orang-orang ini Allah berfirman: “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.” (QS. Al-Muddatstsir: 48)




Juga firman Allah: “Orang-orang yang zhalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghafir/Al Mu’min: 18).


Lantas siapa yang akan dikeluarkan dari neraka? Mereka adalah orang-orang mukmin yang masih menanggung dosa. Mereka harus menjalani siksa terlebih dahulu baru kemudian dikeluarkan dari neraka. Kata Nabi: “Penghuni surga akan masuk surga dan penghuni neraka akan masuk neraka. Kemudian Allah Taala berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka siapa saja yang di dalam hatinya ada keimanan sekali pun seberat biji sawi.’ Orang-orang itu lalu keluar dari neraka dan tubuhnya sudah hitam hangus. Mereka lalu dimasukkan ke dalam sungai kehidupan (memberikan semangat hidup kembali), lalu tumbuhlah orang-orang tersebut sebagai tumbuhnya benih di samping tanah yang terkena air bah (banjir). Tidakkah engkau mengetahui bahwa benih itu akan keluar kekuning-kuningan dan berseri-seri.” (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).


Orang-orang ini masuk surga karena pertolongan (syafaat) dari malaikat, nabi, sahabat-sahabtanya yang di surga, atau berdasarkan kemurahan (bonus) dari Allah. Coba perhatikan penjelasan Nabi berikut ini dengan seksama: Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Allah “Azza wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafaat, para nabi juga sudah memberikan syafaat, dan kaum mu’mininpun sudah memberikan syafaat. Maka tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453). Yang dimaksud tidak pernah berbuat baik sama sekali adalah hanya atau baru beriman kepada Allah saja tapi belum menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.


Nah, untuk mengakhiri pembahasan ini, mari kita simak kisah manusia terakhir yang masuk surga. Kisah ini sungguh menarik dan mengesankan. Baca pelan-pelan dan renungkan. Kisah ini saya ringkas dari sebuah hadits yang diceritakan oleh Imam Muslim dan Ibn Mas’ud RA Rasulullah SAW Bersabda: Orang yang terakhir masuk surga adalah seorang lelaki. Ia beringsut keluar dari neraka dengan susah payah. Ia berdiri, berjalan terhuyung-huyung, lantas terjatuh dan merangkak. Badannya gosong dan masih ada jilatan-jilatan api yang membakarnya. Setelah ia dapat melalui tempat api itu, ia pun menoleh ke belakang dan bergumam lirih: “Maha Suci Allah yang telah menyelamatkan diriku dari apai neraka. Sungguh saya telah dikaruniai oleh Allah SWT suatu pemberian yang belum pernah diberikan oleh-Nya kepada seseorang pun baik dari golongan orang-orang dahulu (awalin) atau pun orang-orang belakangan (akhirin).




Orang itu terus berjalan sekuat tenaga menjauh dari neraka hingga di suatu tempat ia melihat sebatang pohon rindang menjulang di depannya dan mata air di bawahnya. Hatinya bergemuruh bahagia. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menjangkau tempat itu. Rasa panas dan haus sudah tak tertahan lagi olehnya. Tapi apalah daya. Tenaganya telah habis. Luka di sekujur tubuhnya terlalu parah. Orang itu jatuh tersungkur tak berdaya. Ia memohon kepada Allah: ”Ya Tuhanku! Sudilah kiranya Engkau mendekatkan aku kepada pohon itu, supaya aku dapat bernaung di bawahnya dan dapat pula minum airnya.” Lalu terdengar jawab, “Baiklah, permintaanmu Aku kabulkan, dengan syarat ini permintaan terakhir.” Orang itu menjawab, “Ya Tuhanku, terima kasih. Itu sudah sangat berlebih bagi hamba. Hamba tak akan minta sesuatu yang lain.”


Lalu Allah memberikan kekuatan kepada orang itu dan orang itu pun bangkit. Dengan suka cita ia berlari ke arah pohon itu. Ia merebahkan diri dan minum sepuasnya. Kemudian ia membasuh sekujur tubuhnya dengan air jernih itu. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur kepada Allah sembari merebahkan diri di bawah pohon rindang itu. Ia begitu bahagia Allah menganugerahi tempat yang sangat nyaman. Tiba-tiba matanya menatap satu pohon lagi di kejauhan. Pohon itu lebih rindang, dan… subhanallah… di sebelah pepohonan itu dia melihat tempat yang sangaaat… indah. Tempat yang belum ia lihat sebelumnya. Jantungnya berdetak kencang karena takjubnya. Ia bertanya pada Allah: “Ya, Tuhanku… sungguh aku melihat tempat yang sangat indah. Tempat apakah itu ya Rabb? Allah menjawab;”Itulah yang dinamakan surga, wahai hamba-Ku.” Demi mendengar jawaban itu, jantungnya makin berdebar kencang. Ia sungguh penasaran dan ingin melihatnya dari dekat. “Ya Tuhan… mohon sekali lagi, dekatkan aku pada tempat itu. Hamba ingin menyaksikannya dari dekat. Allah menjawab: “Wahai hamba-Ku, bukannya tadi engkau berjanji sudah tak akan meminta yang lain?” ‘Ya Rabb, tolonglah… sekali ini saja. Saya hanya ingin tinggal di bawah pepohonan rindang itu dan melihat surga dari dekat, “jawab orang ini mengiba. “Baiklah, tapi setelah ini tidak ada permintaan lagi,” jawab Allah. “Hamba janji ya Allah, melihat surga dari dekat sudah cukup membahagiakan hamba. Itu sungguh nikmat yang besar dari-Mu.”


Akhirnya Allah mengabulkan permintaan itu. Orang itu segera berlari kea rah pepohonan rindang di depannya. Saat sampai di sana, ia ternganga takjub. Hatinya berdesir hebat menyaksikan surga yang sangat indah itu. “Subhanallahh… rupanya beginilah surga.” Ia tak henti-hentinya memandangi dan mengagumi tempat itu. Hatinya terus bergejolak, betapa bahagianya orang-orang yang tinggal di dalamnya. Akhirnya ia tak bisa menahan perasaan dan sekali lagi ia memberanikan diri kepada Allah? “Ya Tuhanku… mohon maaf, hamba mohon sekali lagi. Hamba janji, ini benar-benar permintaan hamba yang terakhir. Mohon sudi kiranya memasukkan hamba ke surga. Allah menjawab:”Wahai hamba-Ku, berapa kali engkau berjanji untuk tidak lagi meminta sesuatu yang lain. Apakah dirimu tidak tahu rasa terima kasih pada-Ku?” ‘Ya Tuhanku, mohon ampun, sungguh hamba tidak bermaksud seperti itu. Mengapa Engkau malah memperolok-olok hamba. Bukankah Engkau Tuhan yang Maha Bijaksana.” Mendengar jawab itu Allah tersenyum,”Wahai hamba-Ku, Aku tidak bermaksud memperolok-olok dirimu. Tapi memang Aku adalah Tuhan yang Maha Kuasa atas semua yang aku kehendaki. Baiklah, aku kabulkan permintaanmu. Masuklah ke dalam surgaku. Orang itu sujud syukur dan tak henti-hentinya memuja Allah. Lalu ia diantar ke surga.





0 Komentar