Sedikit saya ulang supaya tidak putus cerita, ya. Pada pertemuan pertama di bagian orientasi kita telah memahami bahwa akidah adalah soal isi otak, soal isi pikiran (mudahnya seperti itu, ya). Nah, di dalam pikiran kita sebagai seorang muslim sudah diatur apa-apa saja yang mesti ada di dalamnya. Sebuah keyakinan dasar yang harus ada di dalam otaknya seorang muslim.
Keyakinan dasar yang pertama adalah tentang Tuhan (ilahiyyat). Tuhan harus berada di dalam otak seorang muslim. Inilah prinsip dasarnya. Pikiran seorang muslim harus dipenuhi Tuhan. Tuhan harus terbayang-bayang terus dalam pikiran seorang muslim.
Lalu timbul pertanyaan, Tuhan yang seperti apa? Sebab di dunia ini banyak sekali orang mengaku bertuhan dan ternyata berbeda-beda pula. Pertanyaan inilah yang akan kita bahas dalam bagian ini sehingga keyakinan atas Tuhan itu nantinya menjadi jelas apa isinya secara detail.
Tanpa memahami ini seringkali orang hanya bilang yakin dan yakin, tapi tidak ada dampaknya pada perilakunya. Banyak kan, kita lihat orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak shalat. Atau barangkali juga shalat tapi tak berdampak pula pada sikap dan perilaku hidupnya.
Pentingnya Kenal dan Akrab dengan Tuhan
Sebelumnya saya ingin memberikan ilustrasi begini: kalau Anda berkenalan dengan sesorang, apa yang Anda lakukan? Pertama-tama pasti ingin tahu namanya, ya? Lantas apa lagi? Alamat atau tempat tinggalnya. Kemudian nomor telepon atau hp-nya, atau apa pun yang memudahkan kita berkomunikasi dengannnya.
Mengapa berkomunikasi penting? Karena kalau hanya berkenalan sekilas, sekedar tahu namanya tanpa menjalin komunikasi lagi biasanya akan mudah lupa dan di kemudian hari merasa tak pernah berkenalan dengannya.
Anda pernah berkenalan dengan orang penting, kan? Pejabat misalnya, pemimpin perusahaan, atau dosen pembimbing Anda misalnya. Apa yang seharusnya Anda lakukan saat berkenalan dengannya? Minta kartu nama. Tepat sekali. Kartu nama mereka sangat penting karena kita sangat butuh untuk menjalin hubungan dengan orang-orang penting ini.
Nah, Tuhan itu lebih dari sekedar penting, tapi sangat penting. Setidaknya karena kita sangat berkepentingan untuk menjalin komunikasi dengan-Nya. Dengan demikian sekarang menjadi jelas bahwa kita harus mengenal-Nya lebih dekat. Kita harus tahu nama Tuhan yang sebenarnya, minta alamatnya, minta kartu namanya, dan sering menghubungi-Nya agar kita akrab dengan-Nya.
Kalau Anda kenal dengan banyak orang penting di negeri ini apa coba yang akan Anda dapat? Mudah mendapat pekerjaan, mudah naik pangkat, dan banyak kemudahan-kemudahan
lain. Nah, apalagi kalau kita kenal dan akrab dengan Allah. Sebab Dia-lah bos nya segala bos. Dia-lah yang mengatur segalanya.
Mengenal Nama Tuhan
Siapakah nama Tuhan? Bukankah di dunia ini banyak sekali nama Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing? Ok, sebelum kita membahasnya, saya mau tanya dulu kepada teman-teman, kalau misal teman-teman ingin tau nama seseorang yang paling tepat tanya ke siapa? Tanya langsung ke yang bersangkutan, kan? Betul, ya? Untuk tau nama lengkap seseorang yang paling tepat adalah tanyakan langsung sama orang tersebut.
Nah, begitu juga nama Tuhan. Jangan tanya sama orang-orang. Jangan menurut pendapat orang. Tapi tanya langsung sama Tuhan. Masalahnya adalah apa bisa kita menjumpai Tuhan terus bertanya langsung kepadaNya? Dijamin tidak bisa, kan?
Ok, kalau gitu kita cari-cari apakah Tuhan sendiri pernah berkata menyebut dan memperkenalkan dirinya. Alhamdulillah ternyata pernah. Tuhan banyak menuturkan banyak hal melalui firmanNya, termasuk menyebutkan namaNya.
Tapi bukankah firman Tuhan di dunia ini juga banyak. Lalu kita mau pilih yang mana? Nah, puyeng lagi, kan? Ok, kalau begitu sekarang yuk kita pilih-pilih, mana diantara kitab-kitab suci yang berisi firman Tuhan itu yang masih orisinal, mengingat kitab-kitab itu adalah peninggalan para rasul yang sudah sekian ratus tahun, bahkan rbuan tahun lamanya.
Cara membuktikan orisinal dan tidaknya secara mudah saja. Pertama, apa ada kitab suci yang ditulis sejak rasul pembawanya masih hidup dengan bahasa asli saat turun dan hingga hari ini masih menggunakan bahasa asli itu? Kedua, apa ada kitab suci yang dihafal oleh manusia sepanjang jaman sejak ia turun hingga hari ini? Kalau ada yang memenuhi kedua syarat itu kita bisa percaya pada kitab ini. Di dalam kitab inilah nanti kita akan cari firman Tuhan yang menyebutkan namanya.
Ternyata ada. Kitab suci itu adalah al-Quran. Kitab ini diturunkan dalam bahasa Arab. Dan hari ini masih terpelihara dalam bahasa asli saat turun. Terjemahan al-Quran tidak menggantikan kedudukan yang aslinya. Karena itulah umat Islam harus bisa membaca kitabnya yang asli, bukan hanya terjemahannya.
Al-Quran juga dihafal manusia sepanjang sejarah. Dari sejak turun hingga hari ini. Hari ini kita dapat menyaksikan jutaan umat Islam yang hafal al-Quran yang begitu tebal itu. Bahkan anak kecil banyak pula yang hafal. Semua orang dapat menyaksikan sendiri bukti-bukti ini.
Ok, jika demikian, kita akan cari nama Tuhan dalam kitab ini. Siapa nama Tuhan menurut Tuhan sendiri dalam kitab ini. Ayat demi ayat kita telusuri, ternyata ada. Tuhan benar-benar memperkenalkan diriNya secara langsung dalam surat Thaha, surat nomo 20, ayat ke-14. Tuhan berfirman:
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Artinya: “Sesungguhnya aku Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Aku. Maka sembahlah aku”. (QS. Thoha [20]: 14).
Nah, jelas sekali di situ disebutkan: “namaku adalah Allah”. Alhamdulillah, ketemu sudah nama Tuhan yang benar. Nama Tuhan yang harus kita tanam dalam keyakinan kita. Namanya adalah Allah. Inilah yang harus kita ingat dalam pikiran kita.
Tauhid dan Keberadaan Allah
Saya ulang lagi, keyakinan dasar pertama yang harus kita tanam adalah adanya Tuhan dalam pikiran kita, yaitu Allah. Lalu praktiknya secara operasional bagaimana? Apa kita cukup hanya mengingat-ingat Allah, Allah, Allah, begitu saja? Tentu tidak cukup. Kita harus paham apa guna dan fungsinya Allah yang berada dalam jiwa dan pikiran kita itu.
Secara praktik kita harus mengesakan Allah, yaitu: meniadakan saingan terhadapNya, menjadikan Dia satu-satunya tempat menyembah, bergantung, dan mohon pertolongan. Itu yang harus kita tanam dalam pikiran kita. Allah harus mendominasi pikiran kita. Jadi apa-apa Allah. Mau melakukan sesuatu dimulai ingat Allah, tujuannya Allah, sedih ingat Allah, bahagia ingat Allah, dan seterusnya.
Ingatlah selalu bahwa Allah itu dekat dan selalu mengawasi kita. Ini bukan kata saya. Tapi kata Allah langsung. Allah berfirman:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqarah [2]: 186).
Dia dekat dengan kita. Dia senantiasa berada dekat dengan kita, senantiasa bersama kita. Saat Nabi dikejar-kejar kaum kafir, pada saat beliau bersembunyi di gua tsur, Abu Bakar yang menemani beliau mencekat ketakutan. Tapi Nabi dengan tenang menasihati Abu Bakar: Wahai Abu Bakar, jangan takut, Allah senentiasa bersama kita.
Baiklah, sekarang Anda sedang apa? Bersama siapa? Sedang baca tulisan ini, kan? Apa Anda sedang sendirian? Kalau iya, sesungguhnya Anda tak sendirian. Di tempat Anda duduk, di dekat Anda ada Allah. Jadi kita sebenarnya tak pernah sendiri. Dia selalu menyertai kita, mengawasi kita, menjaga kita.
Ada juga ulama yang menjelaskan makna bertauhid ini ke dalam 3 hal: (1) tauhid ilahiyyat; yaitu menjadikan Allah satu-satunya yang disembah, (2) tauhid rububiyyah: yaitu meyakini bahwa Allah Maha Mengatur segala urusan kita, (3) tauhid mulkiyyah: meyakini bahwa Allah Maha Kuasa atas apapun.
Teman-temanku yang dirahmati Allah. Pikiran kita tidak pernah kosong. Begitu Allah mengecil maka yang lain membesar. Semakin kita lupa kepada Allah, maka berarti ada sesuatu yang menggantikannya. Orang berbuat selalu ada dasar alasannya dan muara tujuannya. Jika di situ tidak karena dan untuk Allah, maka pasti karena dan untuk yang lain.
Nah, sesuatu yang menyaingi dan menggantikan Allah inilah yang disebut pesaing Allah yang membuat kita kemudian berbuat syirik. Jadi syirik adalah menduakan atau memperlawankan Allah dengan sesuatu di dalam alam pikiran kita. Inilah virus-virus pikiran kita yang harus kita berantas. Semakin banyak virus tentunya pikiran kita makin kotor, hidup kita rumit dan sulit mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup hakiki.
Cara Komunikasi dengan Allah
Karena Allahlah penentu segala hal dan kunci sukses kehidupan kita, maka penting bagi kita untuk berkomunikasi denganNya. Kita harus tau bagaimana cara menyembahNya, cara menghubungi dia dan cara menyampaikan segala hal kepadaNya.
Nah, yang tahu semua ini tentu saja Allah sendiri. Kita tidak bisa mengarang sendiri. Dalam pergaulan sehari-hari ini seperti nomor hp seseorang. Kita harus tanya langsung kepada orang yang bersangkutan untuk mendapatkan nomor yang valid. Kemudian untuk menjalin komunikasi yang efektif, kita harus tahu pula waktu-waktu tertentu untuk menelponnya.
Allah telah memberitahu kepada kita bahwa Dia menyediakan waktu reguler bagi para hamba-Nya untuk datang kepadanya lima waktu dalam sehari. Datang berkomunikasi dengan Allah tentu tak sama dengan berkomunikasi dengan manusia.
Allah telah memberitahu bagaimana cara berkomunikasi dengan-Nya dengan apa yang disebut dengan shalat, sebagaimana dalam firman-Nya: “… dan dirikan shalat untuk mengingatku”. (QS. Thoha [20]: 14). Jadi shalat adalah cara unik yang khusus dibuat Allah bagi para hamba-Nya untuk berkomunikasi dengan-Nya. Manusialah yang membutuhkan shalat ini, karena dialah yang berkepentingan menghubungi dan menemui Allah.
Kalau diibaratkan nomor telepon, shalat adalah nomor telepon Allah. Nomornya adalah: 44342 (4 rakaat shalat zuhur, 4 rakaat shalat asar, 3 rakaat shalat maghrib, 4 rakaat shalat isa, dan 2 rakaat shalat subuh). Cara shalat harus sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tak boleh diubah. Sama seperti nomor telepon. Kalau diubah satu digit saja pasti tak akan nyambung.
Bagaimana dengan orang yang menyembah Tuhan dengan selain shalat? Dia berarti telepon Tuhan dengan nomor selain nomor Tuhan yang benar. Apa nyambung? Nyambung. Tapi yang menerima berarti bukan Tuhan. Salah sambung namanya. Artinya dia menghubungi Tuhan yang salah, menyembah Tuhan yang salah alias bukan Tuhan yang ia hubungi.
Jadi dengan cara shalatlah kita membangun prinsip dasar utama keyakinan kita. Semakin sering shalat dan khusuk maka keyakinan utama kita semakin kokoh. Allah akan mendominasi jiwa dan pikiran kita. Dengan demikian virus-virus yang ada dalam pikiran kita juga akan mati.
Selain shalat, ada tips lagi agar keyakinan dasar tentang Allah ini mudah terbangun dalam pikiran kita. Caranya adalah dengan menyebut Allah dalam segala akitivitas dan kejadian yang kita alami dengan cara sebagai berikut:
1. Saat kita memulai sesuatu bacalah basmalah: bismillaahirrahmaanirrahiim.
2. Saat kita mengakhiri sesuatu bacalah hamdalah: alhamdulillaahirabbil „alamiin.
3. Saat kita merasa tak berdaya bacalah hauqulah: laa haula walaa quwwata illa billah.
4. Saat kita bersalah bacalah istighfar: astaghfirullahal‟adziim.
5. Saat kita takjub bacalah masya Allah, subhanallah, atau Allahu akbar.
6. Saat mendapat bencana bacallah innalillahi wa inna ilaihi raaji‟uun.
Prinsip, Nilai, dan Cita-cita yang Lahir dari Keyakinan Dasar Ilahiyyat
Keyakinan dasar atas Allah sebagaimana yang telah kita pahami di atas kemudian melahirkan prinsip-prinsip hidup, nilai, dan cita-cita yang secara praktis akan mewarnai aktivitas kita sehari-hari. Secara implisit semua ini sebenarnya juga telah disinggung pada pembahasan di atas. Orang yang keyakinannya kepada Allah telah begitu mendalam dengan sendirinya/secara otomatis kemudian mempunyai prinsip-prinsip hidup tertentu yang ia pegang dan jadikan pedoman hidup.
Tapi untuk lebih jelasnya saya bantu untuk mempertegas lagi. Beberapa prinsip yang lahir misalnya: (1) hidup itu harus mentaati aturan Allah, (2) hidup itu harus jujur karena Allah mengawasi kita, (3) saya tidak mau menyia-nyiakan waktu yang diberikan Allah karena semuanya dipantau oleh Allah, (4) saya selalu opitimis karena Allah dekat dan senantiasa membantu saya, dan seterusnya.
Kemudian semua itu juga akan menentukkan mana baik, mana buruk dan tujuan atau cita-cita akhir. Yang baik adalah sesuatu yang Allah meridhoinya. Yang baik adalah segala aktivitas yang kita menyertakan Allah di dalamnya. Cita-cita akhir dari segala aktivitas kita adalah ingin mempersembahkan sesuatu terbaik di hadapan Allah. Ingin berbhakti kepada Allah. Ingin agar Allah senang dan ridha kepada kita.
Contoh mudahnya begini. Misalnya kita kuliah tujuannya apa? Agar dapat pekerjaan yang baik. Ok, lalu apakah kalau dapat pekerjaan yang baik untuk apa? Apa sekedar untuk mengumpulkan uang kemudian foya-foya? Tidak. Semua itu dalam rangka membahagiakan dan membanggakan orangtua. Lalu membahagiakan orangtua itu untuk tujuan apa? Apa agar kita dapat warisan yang besar? Tidak. Itu adalah agar Allah ridha.
Jadi segala aktivitas yang kita lakukan tidak boleh berhenti pada aktivitas fisik dan tujuan materi. Tapi harus mempunyai tujuan moral yang baik dan berujung pada Allah sebagai tujuan tertinggi. Kalau orang sekarang bilang harus mempunyai visi misi yang jelas. Bahkan bukan sembarang visi misi yang berhenti pada tujuan duniawi. Tapi sebuah visi misi yang nyampai pada kehidupan kita di akhirat nanti.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal pokok sebagai berikut:
- Allah adalah prinsip dasar yang harus kita tanam dalam jiwa dan pikiran kita agar hidup kita terarah dan visioner.
- Allah adalah Tuhan yang mentaur dan menguasai segala kehidupan ini. Oleh karenanya sangat penting dan harus bagi kita untuk dekat dan senantiasa berkomunikasi denganNya.
- Meyakini adanya Allah adalah dengan cara mengesakan Allah, yaitu: meniadakan saingan terhadapNya, menjadikan Dia satu-satunya tempat menyembah, bergantung, dan mohon pertolongan.
- Cara utama untuk menanamkan keyakinan dasar atas Allah adalah dengan cara senantiasa mendekatkan diri dan komunikasi denganNya melalui shalat dan menyebut namanya dalam segala aktivitas dan kejadian yang kita alami dalam hidup.
- Segala aktivitas yang kita lakukan tidak boleh berhenti pada aktivitas fisik dan tujuan materi. Tapi harus mempunyai tujuan moral yang baik dan berujung pada Allah sebagai tujuan tertinggi.
0 Komentar