PENGANTAR
Keyakinan adalah dasar daripada perbuatan. Karena itulah tak satupun manusia di dunia ini yang tidak memiliki keyakinan. Keyakinan inilah yang dalam pembahasan sebelumnya disebut dengan akidah. Masih ingat kan pengertiannya? Ok, mari kita lanjut.
Keyakinan dasar ini bermacam-macam. Diantaranya ada yang lurus dan ada pula yang sesat. Karenanya penting untuk kita ketahui macam-macam keyakinan itu agar kita dapat mengerti dan berpegang teguh pada keyakinan yang benar.
Dengan mengetahui semuanya, diharapkan kita menjadi paham mana yang benar dan mana yang salah dan menjadi mantap pula akidah kita.
MACAM-MACAM KEYAKINAN DAN INTINYA
Keyakinan dasar manusia sangat beragam. Namun jika ditelurusi secara mendalam dapat disimpulkan ke dalam dua saja: (1) keyakinan yang tidak meyakini adanya Tuhan (ateisme), (2) keyakinan yang meyakini adanya Tuhan (teisme).
Kedua jenis keyakinan itulah yang menjadi arus besar dan dasar utama keyakinan-keyakinan di dunia. Boleh dibilang, sejarah peradaban manusia sesungguhnya digerakkan oleh dan merupakan pergualatandari dua warna keyakinan dasar itu. Dari dua keyakinan itu kemudian muncul turunan-turunannya.
Ok, untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu.
Pertama, keyakinan yang meyakini tidak adanya Tuhan atau atheisme. Keyakinan ini banyak macam dan ragamnya. Tapi sumber utamanya adalah materialisme.
Materialisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini hanya terdiri dari materi. Semua hal yang terjadi dalam dunia ini adalah wujud dari dialektika materi. Penyebab dan akibat seluruh kejadian di dunia ini hanyalah materi.
Materialisme menolak semua hal-hal mistik, gaib, termasuk Tuhan. Hidup hanyalah di dunia. Segala kejadian semata-mata disebabkan oleh dialektika materi dan berakhir pada materi.
Materialisme sesungguhnya belum bicara tentang Tuhan. Dia hanya bicara soal materi. Tapi di dalam paham itu secara otomatis menolak Tuhan.
Dari paham inilah kemudian muncul beberapa anak turunannya. Jadi setelah percaya yang ada hanya materi, maka muncullah pertanyaan: jika demikian siapakah yang mengendalikan alam ini jika yang ada di dunia ini hanyalah materi, tidak ada Tuhan.
Dari situlah muncul jawaban: yang mengendalikan adalah materi yang paling fenomenal, yaitu manusia. Manusialah sang pengatur dan pengendali semesta alam ini.
Bahkan Tuhan sendiri sebenarnya hasil rekayasa dari manusia. Paham inilah yang disebut dengan humanisme-antroposentris, atau sering disebut humanisme saja atau antroposentrsime saja.
Lalu mengapa manusia bisa hebat seperti itu? Apa kelebihannya? Setelah ditelusuri, kelebihan manusia ternyata ada pada akalnya.
Karena itulah kemudian akal menjadi pedoman untuk menentukan kebenaran dan petunjuk hidup. Orang kemudian mengandalkan bahkan mendewakan akal. Sesuatu yang tidak dapat diterima akal maka ditolaknya. Paham ini disebut dengan rasionalisme.
Ok, kita kembali lagi pada humanisme-antroposentris. Bahwa manusia di sini memposisikan diri sebagai pengganti Tuhan. Karena itu lantas ada yang memperkuat argumentasi dan secara khusus dengan gencar menolak Tuhan. Nah, paham inilah yang disebut dengan atheisme.
Ada juga yang tidak peduli. Ada Tuhan kek, tidak ada Tuhan kek, bodo amat.Emang gue pikirin (EGP). Paham ini disebut dengan agnotisme.
Begitu seterusnya masih ada banyak lagi anak cucunya. Nah, jadi ateisme, antropsentrisme, rasionalisme, agnotisme, semua itu sebenarnya adalah anak cucunya materialisme. Semua orang ateis, antroposentris, rasionalis, agnotis adalah sejatinya juga seorang materialis.
Kedua, keyakinan yang mempercayai adanya Tuhan. Keyakinan ini juga banyak macam ragamnya. Namun bisa juga diringkas menjadi 2 (dua): (1) mereka yang mempercayai dan mendapatkan Tuhan dengan dicari-cari sendiri [induktif], (2) mereka yang mendapatkan Tuhan berdasarkan pada wahyu/informasi dari Tuhan [deduktif].
Ok, lanjut, ya..
Keyakinan yang menemukan atau menerka-nerka Tuhan sendiri antara lain adalah animisme dan dinamisme. Animisme adalah paham yang meyakini bahwa kehidupan ini dikendalikan oleh roh-roh. Mereka sering memuja roh nenek moyang.
Adapun dinamisme meyakini bahwa benda-benda tertentu di alam ini mempunyai kekuatan gaib yang mengendalikan kehidupan. Kepercayaan ini biasanya memuja benda-benda bertuah.
Dasar keyakinan ini tentu saja tidak jelas. Biasanya dasarnya warisan nenek moyang. Tapi kalau mau dilacak, nenek yang mana dan moyang yang mana juga tidak jelas.
Dari kepercayaan ini kemudian meningkat lagi pada kepercayaan pada dewa-dewa. Ini bentuknya sudah lebih konkrit lagi. Bahkan ada nama-nama dewa dan pembagian-pembagian tugasnya. Kemudian agar lebih mantap dilukiskan pula dewa-dewa itu dalam bentuk patung dan sebagainya.
Keyakinan animisme, dinamisme, dewa-dewa dan sejenisnya ini sering disebut dengan agama ardhi (agama bumi).
Selanjutnya adalah mereka yang meyakini adanya Tuhan berdasarkan pada wahyu. Kepercayaan ini sebenarnya muncul sejak adanya manusia pertama, yaitu Nabi Adam AS.
Jadi kalau ditarik ke masa paling awal, inilah kepercayaan pertama manusia, sebelum muncul dinamisme, ateisme, dan seterusnya.
Agama ini sambung-menyambung satu sama lain. Mulai dari yang dibawa Nabi Adam AS hingga Nabi Musa AS (Yahudi), Nabi Isa AS (Nashrani/Kristen), dan terakhir Nabi Muhammad SAW (Islam). Agama-agama ini sering disebut dengan agama samawi (agama langit).
Jadi kalau melihat urut-urutan ini, sebenarnya kepercayaan paling tua adalah kepercayaan adanya Tuhan (theis) dan namaTuhan itu adalah Allah.
Kemudian kepercayaan ini terus berjalan disempurnakan oleh nabi yang datang berikutnya hingga nabi terakhir, Muhammad SAW.
KOREKSI ISLAM ATAS KEPERCAYAAN LAIN
Sebelumnya penting untuk saya ulang lagi sedikit bahwa secara garis besar kepercayaan ada dua macam: percaya bahwa Tuhan ada dan percaya bahwa Tuhan tidak ada.
Lalu mana yang benar?
Yang benar adalah yang percaya bahwa Tuhan itu ada. Ini dapat dibuktikan oleh akal. Pada bagian terdahulu pada pembahasan “Pesan Moral Rukun Iman” saya sudah menjelaskan bahwa secara logika Tuhan pasti ada.
Bahkan tanpa ada ayat al-Quran manusia dapat memastikan adanya Tuhan. Bahkan secara spekulasi saja pilihan terbaik adalah percaya adanya Tuhan. Percaya adanya Tuhan secara pragmatis lebih menguntungkan ketimbang tidak percaya.
Terlalu aneh (irasional) jika alam semesta yang begitu teratur ini muncul dengan sendirinya dan tidak ada pencipta dan pengaturnya.
Pastilah bahwa alam raya ini ada pencipta dan pengaturnya. Pasti ada asal muasal pertamanya yang oleh para filsuf disebut causaprima. Begitu logikanya. Bahkan alam ini pasti ada tujuan akhirnya. Orang menyebutnya Tuhan.
Jadi ateis itu salah. Tidak logis!
Ok, jika ateis itu salah, maka sekarang tinggal satu, yaitu keyakinan bahwa Tuhan itu ada (teisme). Yang benar adalah yang ini.
Tapi sampai di sini belumlah cukup. Sebab yang theis ini juga bermacam-macam, ada animisme, dinamisme, dewa-dewa, agama Yahudi, Kristen, Islam.
Nah, lantas diantara teis-teis ini mana yang benar? Sebab masing-masing juga punya Tuhan sendiri. Punya kitab suci sendiri-sendiri yang konon juga wahyu Tuhan. Jadi mana Tuhan yang benar?
Untuk memudahkan, mari kita bagi dua lagi: agama ardhi dan agama samawi. Agama ardhi adalah agama yang dikreasikan sendiri oleh manusia, yang menerka-nerka sendiri siapa Tuhannya. Adapun agama samawi adalah agama yang diturunkan oleh Tuhan itu sendiri.
Nah, sekarang ketemu. Mana coba Tuhan yang benar? Yang dikira-kira manusia atau yang dikatakan sendiri oleh Tuhan dalam wahyunya? Tentu saja yang dikatakan Tuhan sendiri.
Ok, sampai di sini sudah gugur satu lagi, ya. Sekarang tinggal agama samawi. Agama samawi-lah keyakinan yang benar.
Tapi masalahnya agama samawi pun juga tidak hanya satu. Di sini dan hingga hari ini kita saksikan masih ada Yahudi, Kristen, dan Islam. Setidaknya itu tiga yang terbesar. Masing-masing punya kitab sendiri-sendiri dan punya nama Tuhan sendiri.
Jika saja kita percaya bahwa semua itu pada dasarnya adalah satu. Bermula dari Adam AS hingga Muhammad SAW, maka urusan sudah selesai. Masalahnya ada yang tidak percaya.
Karena itulah terpaksa kita uji. Karena dasar agama-agama itu adalah kitab sucinya, maka kita lihat saja mana kitab suci yang original.
Pada pembahasan singkat ini tentu tidak pada tempatnya jika saya mengungkap berbagai perdebatan, persoalan, dan bukti-bukti tentang kitab suci agama-agama tersebut.
Tapi secara sederhana saya bisa kita verifikasi begini: apakah kitab umat Yahudi dan Kristen pernah diuji shahih? Pernahkan ada satu riset untuk membuktikan bahwa kitab yang dipakai sekarang ini benar-benar kitab asli ajaran Nabi MusaAS dan Nabi Isa AS (Yesus)?
Apakah setiap ayat dalam Talmudz (kitab suci Yahudi sekarang ini) dan Kitab Injil (al-Kitab/Bibel) pernah dilacak sehingga terbukti itu dari nabinya, bahkan dari Tuhan?
Kapan kitab-kitab itu mulai ditulis? Bahasa apa sebenarnya pada saat diturunkan? Semua itu tak pernah dilakukan.
Tidak pernah!
Lantas apakah semua itu pernah dilakukan untuk kitab suci al-Qur’an? Jawabannya iya. Kitab suci al-Quran adalah satu-satu kitab suci yang ditulis sejak ia diturunkan sekaligus dihafal di luar kepala oleh (sebagian) umat Islam sepanjang sejarah hingga hari ini.
Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang terpelihara bahasanya, yakni bahasa Arab sejak diturunkan hingga saat ini. Al-Quran dengan bahasa Arab-nya yang hingga kini masih bisa kita saksikan terbukti nyata bahwa ia sama sekali bukan buatan manusia. Jadi al-Quran dijamin valid, shahih, tanpa keraguan.
Sebentar, jangan bicara al-Quran dulu. Sekarang kita bicara Hadis, yaitu perkataan, perbuatan, dan catatan-catatan penting tentang Nabi Muhammad SAW yang juga dijadikan pedoman umat Islam.
Hadis ini jika dibandingkan dengan al-Quran jatuhnya sebagai sumber nomor dua. Tapi Hadis ini juga tidak sembarangan. Hadis telah diriset secara ilmiah oleh para ilmuwan muslim untuk memastikan bahwa ia benar-benar berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Kita tahu, Hadis ini diberi katagori. Kalau hadis yang diriset kemudian tidak terbukti dari Nabi atau setidaknya meragukan, maka itu jatuhnya hadis lemah.
Nah, hadis yang benar-benar terbukti dari Nabi Muhammad SAW, baru dikatakan hadis shahih. Hadis inilah yang disepakati umat Islam sebagai pedoman.
Pertanyaan saya, apakah kitab-kitab agama-agama lain pernah diterapkan riset semacam ini untuk membuktikan keasliannya? Tidak, kan?
Jadi, mohon maaf bukannya meremehkan, kitab-kitab lain jangan bandingkan dengan al-Quran, dengan Hadis saja sudah kalah jauh.
Dengan demikian, kitab suci yang masih bisa dipercaya saat ini adalah al-Quran. Dengan demikian konsep Tuhan yang benar adalah yang menurut al-Quran.
Lebih jelasnya, agama yang dapat dipercaya masih murni berasal dari Tuhan adalah Islam. Al-Quran telah menegaskan bahwa Tuhan yang benar adalah Allah. Tuhan itu Maha Esa.
Kemudian cara menyembah Tuhan Allah ini juga harus mengikuti apa yang menurut Allah itu sendiri, tidak bisa mengarang-ngarang sendiri.
Allah sudah menjelaskan melalui RasulNya, Muhammad SAW, bahwa cara menyembahnNya adalah dengan cara shalat. Maka begitulah cara menyembah Tuhan Allah.
Kalau kita mau lihat secara sederhana saja, kita bisa melihat bahwa shalatlah cara menyembah Tuhan yang paling sempurna dan tidak mudah dikarang sendiri oleh manusia. Jadi bukan penyembahan yang dikarang sendiri atau atas dasar petunjuk yang tak jelas.
Islam bukanlah agama baru. Tapi kelanjutan dari agama sebelumnya. Islam hadir menjadi penutup dan penyempurna agama-agama sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW dengan tegas bersabda: “Perumpamaan diriku dengan para nabi seperti perumpamaan seorang lelaki yang membangun sebuah rumah lalu dia berusaha menyempurnakan dan melengkapinya kecuali tersisa satu tempat yang belum terisi batu-bata. Maka orang-orang pun mulai memasukinya dan terkagum-kagum terhadapnya, namun mereka berkata, ”Seandainya satu tempat batu-bata ini terisi sungguh sempurna!” Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Akulah yang menempati tempat batu-bata itu, aku datang lalu menutup nabi-nabi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad SAW adalah penutup dari para nabi. Allah SWT berfirman dalam kitab suci al-Qur’an: “Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian, akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan penutup nabi-nabi.”(QS. al-Ahzab [33]: 40).
Islam mengakui agama-agama sebelumnya. Tapi Islam juga tak menutup mata bahwa banyak ajaran yang sebelumnya telah mengalami perubahan, diselewengkan, dan harus dikoreksi dan disempurnakan.
Karenanya, Islam hadir untuk mengoreksi dan menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Dengan demikian, jika ada penganut agama lain yang masuk Islam, sebenarnya ia bukan pindah agama. Tapi menyempurnakan agamanya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Semua orang mempunyai keyakinan dasar/keimanan atau akidah/ideologi baik keyakinan yang menyimpang maupun yang lurus. Keyakinan keyakinan inilah kemudian yang melahirkan prinisip, cita-cita, tujuan, serta sikap dan perilaku seseorang.
Macam-macam keyakinan itu secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua jenis keyakinan besar, yaitu yang mempercayai adanyaTuhan dan yang tidak mempercayai adanya Tuhan.Keyakinan yang tidak mempercayai adanya Tuhan sesungguhnya mempunyai argumentasi yang lemah, bahkan secara spekulatif-pragmatis pun cenderung merugikan manusia. Keyakinan tertua adalah keyakinan yang meyakini adanya Tuhan yang disebut agama samawi. Keyakinan ini terus bergulir disempurnakan dari waktu ke waktu dengan diutusnya para nabi hingga nabi terakhir, Muhammad SAW.
0 Komentar